Jika kita kembali mengingat filosofi Ki Hadjar Dewantara, maka salah satu konsep yang beliau usung adalah menghamba pada anak. Konsep ini memiliki pemahaman bahwa seorang guru harus memahami sekaligus dapat memenuhi kebutuhan murid sehingga murid dapat mengikuti proses pembelajaran dengan baik.
Dengan memenuhi kebutuhan murid, maka guru telah memberikan kesempatan kepada murid untuk tumbuh dan berkembang sesuai dengan kodrat yang dimiliki setiap murid. Pada proses ini, pemikiran Ki Hadjar Dewantara yang mengibaratkan guru sebagai seorang petani atau tukang kebun sangat relevan. Seorang petani hanya bisa menyebarkan benih atau bibit dan merawatnya dengan baik, ia tidak dapat menjadikan tanaman tersebut menjadi tanaman lain. Oleh karena itu seorang guru hanya berperan sebagai penuntun bagi murid-muridnya.
Dalam menuntun murid sesuai kodratnya , guru sebagai perancang dan pelaksana pembelajaran harus mampu untuk merancang dan melaksanakan pembelajaran sesuai dengan kebutuhan murid. Kebutuhan murid yang dimaksud di sini adalah kesiapan belajar murid, minat murid dan profil belajar murid.
- Kesiapan belajar (Readinnes). Kesiapan belajar adalah kapasitas untuk mempelajari materi, konsep, atau keterampilan baru. Berikut beberapa tingkat kesiapan belajar murid menurut Tomlinson yang merupakan contoh perspektif yang terdapat dalam equalizer, yaitu bersifat mendasar-bersifat transformatif, konkret-abstrak, sederhana-kompleks, terstruktur-terbuka (open ended), tergantung (dependent)-mandiri (independent) dan lambat-cepat.
- Minat murid. Minat merupakan suatu kesadaran mental yang menghasilkan respon terarah kepada suatu situasi atau objek tertentu yang menyenangkan dan memberikan kepuasan diri. Dalam pembelajaran, minat merupakan salah satu motivator penting bagi murid untuk dapat berperan aktif.
- Profil belajar murid. Profil belajar mengacu pada cara-cara bagaimana kita sebagai individu paling baik belajar. Ada beberapa faktor terkait profil belajar murid, yaitu : preferensi terhadap lingkungan belajar (tingkat kebisingan, suhu ruangan, tingkat cahaya, dan sebagainya), pengaruh budaya (santa-terstruktur, pendiam-ekspresif, dan personal-impersonal), preferensi gaya belajar (visual, auditori, dan kinestetik), preferensi berdasarkan kecerdasan majemuk.
Seorang guru dapat mengetahui kebutuhan belajar muridnya dengan berbagai cara, beberapa diantaranya adalah sebagai berikut:
- Mengamati perilaku murid-murid
- Mencari tahu pengetahuan awal yang dimiliki oleh murid terkait dengan topik yang akan dipelajari
- Melakukan penilaian untuk menentukan pengetahuan, keterampilan, dan sikap mereka saat ini, dan kemudian mencatat kebutuhan yang diungkapkan oleh informasi yang diperoleh dari proses penilaian tersebut
- Mendiskusikan kebutuhan murid dengan orang tua atau wali murid
- Mengamati murid ketika mereka sedang menyelesaikan suatu tugas atau aktivitas
- Bertanya atau mendiskusikan permasalahan dengan murid
- Membaca rapor murid dari kelas mereka sebelumnya untuk melihat komentar dari guru-guru sebelumnya atau melihat pencapaian murid sebelumnya
- Berbicara dengan guru murid sebelumnya
- Membandingkan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai dengan tingkat pengetahuan atau keterampilan yang ditunjukkan oleh murid saat ini
- Menggunakan berbagai penilaian diagnostik untuk memastikan bahwa murid telah berada dalam level yang sesuai
- Melakukan survey untuk mengetahui kebutuhan belajar murid
- Mereview dan melakukan refleksi terhadap praktik pengajaran mereka sendiri untuk mengetahui efektivitas pembelajaran mereka
- dll.
Semua informasi tentang kebutuhan belajar murid tersebut dapat digunakan oleh guru untuk merencanakan dan melaksanakan pembelajaran berdiferensiasi. Pembelajaran berdiferensiasi adalah suatu pendekatan pembelajaran yang bertujuan untuk membantu murid dalam memahami materi pelajaran sesuai dengan kesiapan belajar, minat dan profil belajar murid.
Pembelajaran berdiferensiasi ini penting karena dapat:
- Meningkatkan motivasi murid. Ketika murid merasa materi pelajaran relevan dengan kebutuhan dan minat mereka maka mereka akan lebih termotivasi untuk belajar
- Meningkatkan prestasi belajar. Dengan pembelajaran yang disesuaikan dengan kebutuhan setiap murid maka murid dapar lebih efektif dan mencapai potensi yang terbaik mereka.
- Menciptakan lingkungan belajar yang inklusif. Pembelajaran berdiferensiasi memastikan bahwa semua murid merasa dihargai dan didukung meskipun mereka memiliki latar belakang dan kemampuan yang berbeda.
Ada tiga jenis diferensiasi yang dapat digunakan oleh guru di dalam kelas, yaitu diferensiasi konten, diferensiasi proses dan diferensiasi produk.
Diferensiasi konten
Diferensiasi konten merujuk pada strategi membedakan pengorganisasian dan format penyempaian konten. Konten adalah materi pengetahuan, konsep dan keterampilan yang perlu dipelajari murid berdasarkan kurikulum.
Untuk proses guru melakukan penerapan diferensiasi konten di dalam kelas, guru dapat memulai dengan memperhatikan kebutuhan murid yaitu berdasarkan kesiapan belajar murid maka diferensiasi konten dapat dilakukan dengan cara menyesuaikan tingkat kesulitan materi pelajaran dengan kemampuan murid. Dilihat dari minat murid, maka diferensiasi konten dapat dilakukan dengan menawarkan pilihan topik atau proyek yang sesuai dengan minat murid. Dan jika dilihat dari profil belajar murid maka diferensiasi konten dapat dilakukan dengan mempertimbangkan gaya belajar murid ketika guru menyajikan materi.
Diferensiasi proses
Diferensiasi proses merujuk pada strategi membedakan proses yang harus dijalani oleh murid yang dapat memungkinkan mereka untuk berlatih dan memahami konten.
Guru dapat melakukan penerapan diferensiasi proses di dalam kelas dengan memvariasikan kegiatan pembelajaran, seperti diskusi kelompok, proyek individu, atau presentasi. Guru juga dapat melakukan pengelompokkan dimana guru mengelompokkan murid berdasarkan kesamaan minat, kemampuan, atau gaya belajar. Selain itu, diferensiasi proses dapat diterapkan oleh guru dengan menggunakan berbagai strategi pembelajaran yang sesuai dengan gaya belajar murid.
Diferensiasi produk
Diferensiasi produk merujuk pada strategi membedakan produk hasil belajar, hasil latihan, penerapan dan pengembangan apa yang telah dipelajari.
Penerapan diferensiasi produk di dalam kelas oleh guru dapat dilakukan dengan memberikan murid pilihan dalam cara mereka menunjukkan pemahaman terhadap materi pelajaran. Selain itu, guru juga dapat menyesuaikan tingkat kompleksitas tugas dengan kemampuan murid.
Pembelajaran berdiferensiasi merupakan pendekatan pembelajaran yang mengakui bahwa setiap siswa memiliki gaya belajar, kecepatan belajar, dan minat yang berbeda-beda. Dalam model ini, guru tidak lagi mengajar dengan satu metode yang sama untuk semua siswa, melainkan menyesuaikan pembelajaran agar sesuai dengan kebutuhan individual setiap siswa.
Kebutuhan belajar murid dapat dipenuhi oleh pembelajaran berdiferensiasi, ini dapat terlihat dari:
- Fleksibilitas dalam penyampaian materi. Guru dapat menyajikan materi dengan berbagai cara, seperti melalui teks, gambar, video, atau demonstrasi. Ini memungkinkan murid dengan gaya belajar yang berbeda untuk lebih mudah memahami konsep.
- Tingkat kesulitan yang bervariasi. Tugas dan soal yang diberikan dapat disesuaikan dengan tingkat kemampuan murid. murid yang sudah menguasai materi dapat diberikan tantangan yang lebih tinggi, sementara murid yang masih kesulitan dapat diberikan dukungan tambahan.
- Minat yang beragam. Guru dapat memberikan pilihan tugas yang sesuai dengan minat murid. Dengan demikian, murid akan lebih termotivasi untuk belajar.
- Gaya belajar yang berbeda. Guru dapat mengakomodasi berbagai gaya belajar, seperti visual, auditori, dan kinestetik, dengan menyediakan aktivitas yang sesuai dengan masing-masing gaya.
Pembelajaran berdiferensiasi juga membantu dalam mencapai hasil belajar yang optimal. Karena pembelajaran berdiferensiasi dapat:
- Meningkatkan motivasi. Ketika murid merasa bahwa pembelajaran relevan dengan kebutuhan mereka, mereka akan lebih termotivasi untuk belajar
- Meningkatkan pemahaman. Dengan pembelajaran yang disesuaikan, murid lebih mudah memahami konsep dan materi pelajaran
- Meningkatkan kepercayaan diri: murid yang merasa berhasil akan memiliki kepercayaan diri yang lebih tinggi untuk menghadapi tantangan belajar yang lebih kompleks
- Mengembangkan keterampilan berpikir kritis: Pembelajaran berdiferensiasi mendorong murid untuk berpikir kritis dan memecahkan masalah secara mandiri.
Kaitan modul pembelajaran untuk memenuhi kebutuhan belajar murid erat kaitannya dengan modul-modul lain dalam pendidikan guru penggerak yang telah dipelajari sebelumnya.
- Modul refleksi filosofi pendidikan nasional Ki Hadjar Dewantara (KHD). Pemikiran-pemikiran KHD menjadi dasar dalam guru berbuat untuk memberikan pembelajaran sesuai dengan kodrat muridnya.
- Dalam modul nilai-nilai dan peran guru penggerak menyatakan bahwa salah satu nilai guru penggerak adalah berpihak kepada murid dan peran guru penggerak sebagai pemimpin pembelajaran yang menjadi alasan kuat seorang guru untuk memberikan pembelajaran yang memenuhi kebutuhan murid-muridnya.
- Modul visi guru penggerak yang memberikan pemahaman cita-cita guru untuk memberikan yang terbaik bagi muridnya yang dipraktikkan dalam bentuk prakarsa perubahan. Visi guru penggerak dan pembelajaran berdiferensiasi saling terkait erat. Guru penggerak yang memiliki visi yang kuat untuk meningkatkan kualitas pembelajaran akan berupaya menerapkan pembelajaran berdiferensiasi di kelasnya.
- Modul budaya positif. Budaya positif dan pembelajaran berdiferensiasi merupakan dua konsep yang saling melengkapi dalam menciptakan lingkungan belajar yang optimal. Keduanya memiliki tujuan yang sama, yaitu memaksimalkan potensi setiap siswa.
Demikianlah refleksi terhadap perjalanan pemahaman pembelajaran saya selama PGP sampai saat ini.
Salam dan bahagia.
Erlina Susanti, S.Pd (CGP Angkatan 11 Kabupaten Tanah Datar)
No comments:
Post a Comment