Terlihat di sini bahwa yang dapat dilakukan seorang pendidik hanya menuntun mereka agar semakin baik budi pekertinya. Budi pekerti, watak, atau karakter merupakan hasil dari bersatunya gerak pikiran, perasaan, dan kehendak atau kemauan sehingga menimbulkan tenaga. Perlu diketahui bahwa budi berarti pikiran-perasaan-kemauan, sedangkan pekerti artinya ‘tenaga’. Jadi budi pekerti merupakan sifat jiwa manusia, mulai angan-angan hingga menjelma sebagai tenaga.
Ki Hadjar Dewantara menjadikan keluarga sebagai tempat utama dan yang paling baik dalam melatih pendidikan sosial dan karakter baik bagi seorang anak.
Ki Hadjar Dewantara mengingatkan pendidik agar tetap terbuka terhadap perubahan yang terjadi. Namun, pendidik harus tetap waspada dengan perubahan tersebut. Kita dapat meniru perubahan yang menurut kita baik dan sesuai dengan budaya yang kita miliki. Karena Indonesia memiliki potensi kultural yang dapat dijadikan sebagai sumber belajar.
Kekuatan sosio-kultural menjadi proses "menebalkan" kekuatan kodrat anak yang masih samar-samar. Pendidikan bertujuan untuk menuntun (memfasilitasi/membantu) anak untuk menebalkan garis samar-samar agar dapat memperbaiki lakunya untuk menjadi manusia seutuhnya.
Ki Hadjar Dewantara memperkenal kan istilah taman siswa dalam pendidikan. Selayaknya kata taman yang diartikan sebagai tempat bermain anak-anak dan selalu terlihat menyenangkan, begitu pula yang diharapkan dari pendidikan yang dapat menjadi taman bagi murid dalam mendampingi mereka tumbuh dan berkembang sesuai dengan kebutuhan masing-masing murid.
Ki Hadjar Dewantara juga dikenal dengan tiga semboyannya, yaitu :
- Ing Ngarso Sung Tulodo (di depan memberi teladan), Seorang pendidik berperan membimbing dan mengarahkan murid.
- Ing Madyo Mangun Karso (di tengah membangun kekuatan dan terus berkarya), Seorang pendidik berperan memfasilitasi murid.
- Tut Wuri Handayani (di belakang memberi dorongan), Seorang pendidik berperan memberikan dorongan dan arahan kepada murid.
Tahun-tahun awal saya menjadi guru saya masih terlalu fokus bagaimana siswa saya dapat memahami materi pelajaran yang saya berikan. Dapat dikatakan bahwa saya sangat menuntut mereka memahami apa yang saya ajarkan. Saya juga lebih sering mengukur kemampuan siswa dari nilai yang mereka peroleh pada mata pelajaran saya.
- Menugaskan siswa berkelompok untuk berinteraksi dengan masyarakat (instansi) yang ada di lingkungan siswa untuk memperoleh data yang akan mereka olah pada materi statistika dan juga pada materi sistem persamaan linier tiga variabel. Selama kegiatan ini mereka dapat belajar bagaimana bersikap dan bertutur kata kepada orang yang lebih tua dari mereka dan dengan beragam latar belakang.
- Menugaskan mereka untuk menjadi pengamat lingkungan sekitar mereka untuk mengatasi kemacetan pada hari pasar dalam aplikasi mata pelajaran vektor. Kegiatan ini mengajarkan mereka untuk peduli dengan lingkungan mereka
- Menugaskan mereka mengukur pohon, bangunan atau objek di lingkungan sekolah dalam materi perbandingan trigonometri pada segitiga siku-siku. Kegiatan ini juga mengajarkan pada mereka untuk memperhatikan hal-hal yang ada di sekitar mereka.
- Di sela-sela proses pembelajaran, sebagai ice breaking saya menceritakan pengalaman pribadi saya selama menempuh pendidikan dan juga menceritakan bagaimana proseskerja keras yang dilakukan teman-teman saya ataupun kakak kelas mereka yang sudah kuliah atau bekerja dalam menempuh pendidikan. Berharap kegiatan ini dapat menjadi inspirasi dan motivasi bagi murid- murid saya. Kegiatan ini selalu menarik bagi hampir seluruh siswa di kelas.
- Mendorong murid untuk selalu mencoba hal baru dan mengambil kesempatan yang datang pada mereka untuk lebih meningkatkan kompetensi dan kreatifitas mereka.
- Memanfaatkan perubahan-perubahan yang dapat digunakan dalam proses pembelajaran saya, seperti perubahan dalam hal teknologi dan tren yang ada di kalangan remaja seusia siswa saya.
- Semakin memahami bahwa pendidikan lebih untuk menumbuhkan nilai-nilai karakter siswa di samping tentunya untuk menyampaikan materi atau ilmu pengetahuan.
- Siswa memiliki kodratnya masing-masing sehingga sebagai seorang pendidik perlu untuk memperhatikan karakter setiap siswanya sebelum melakukan proses pembelajaran. Dalam hal ini, seharusnya saya menjangkau semua siswa yang ada di kelas yang saya ajar. Namun, saya hanya menjangkau beberapa siswa saja.
- Saya lebih menyadari bahwa setiap anak memiliki kelebihannya masing-masing. Artinya tidak semua anak harus menguasai dan berhasil di mata pelajaran yang saya ampu, karena bisa jadi mereka lebih menonjol di mata pelajaran lain.
- Keluarga adalah pendidikan utama dan paling baik dalam melatih karakter baik siswa, sehingga sekolah perlu berkolaborasi dengan keluarga siswa dalam "menebalkan" karakter baik tersebut. Sementara sebelumnya saya kurang melibatkan orangtua siswa kecuali jika siswa dalam kondisi tertentu.
- Memahami bahwa dalam melakukan proses pembelajaran ataupun mendidik perlu memperhatikan kodrat alam dan kodrat zaman.
- Pendidikan adalah untuk menjadikan anak dapat mencapai kebahagiaan setinggi-tingginya sebagai manusia dan sebagai anggota masyarakat untuk itu saya menyadari bahwa pembelajaran yang saya lakukan harus berpusat kepada siswa.
- Mengenal karakter siswa sebelum melakukan proses pembelajaran.
- Merancang pembelajaran yang memperhatikan kodrat alam dan kodrat zaman agar siswa memahami kaitan yang mereka pelajari dengan kehidupan mereka.
- Fokus pada menuntun siswa untuk menguatkan nilai-nilai karakter baik dalam diri siswa sesuai dengan profil pelajar pancasila dan bukan menuntut mereka harus mampu dalam mata pelajaran saya.
- Menggunakan sosio-kultural sebagai pendekatan dalam melakukan proses pembelajaran.
- Mengaplikasikan semboyan Ki Hadjar Dewantara, Ing Ngarso Sung Tulodi, Ing Madya Mangun Karso dan Tut Wuri Handayani. Guru sebagai teladan, fasilitator dan motivator.
No comments:
Post a Comment