Sunday, October 6, 2024

Koneksi Antarmateri - Modul 2.3


Tujuan pembelajaran khusus :

CGP menyimpulkan dan menjelaskan keterkaitan materi yang diperoleh dan membuat refleksi berdasarkan pemahaman yang dibangun selama modul 2 dalam berbagai media.




Pengalaman/materi pembelajaran yang baru saja diperoleh

Modul 2.3 Pendidikan Guru Penggerak (PGP) angkatan 11 membahas tentang coachng untuk supervisi akademik. Supervisi akademik ini perlu dilakukan guna untuk memastikan pembelajaran yang berpihak pada murid dan untuk pengembangan diri setiap pendidik di sekolah yang meliputi kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi sosial dan kompetensi profesional. Supervisi ini dilakukan menggunakan pendekatan dengan paradigma berpikir yang memberdayakan agar pengembangan diri dapat berjalan secara berkelanjutan dan terarah. Pendekatan yang digunakan tersebut adalah coaching. Dimana dengan coaching dapat membuka potensi seseorang untuk memaksimalkan kinerjanya.

Pelaksanaan coaching memiliki tujuan yaitu menghantarkan klien (coachee) untuk menemukan ide baru atau cara untuk mengatasi tantangan yang dihadapi atau mencapai tujuan yang dikehendaki. Dengan melakukan coaching maka dapat membangun kemitraan yang setara dan coachee sendiri yang mengambil keputusan. Coach hanya mengantarkan melalui mendengarkan aktif dan melontarkan pertanyaan.

Paradigma berpikir coaching :

  1. Fokus pada coachee. Fokus diletakkan pada topik apapun yang dibawa oleh coachee yang dapat membawa kemajuan pada mereka dan sesuai keinginan mereka.
  2. Bersikap terbuka dan ingin tahu. Ditandai dengan berusaha untuk tidak menghakimi, melabel, beasumsi atau menganalisis pemikiran orang lain. Mampu menerima pemikiran orang lain dengan tenang dan tidak menjadi emosional. Tetap menunjukkan rasa ingin tahu (curiosity) yang besar terhadap apa yang membuat orang lain memiliki pemikiran tertentu.
  3. Memiliki kesadaran diri yang kuat. Kesadaran diri yang kuat membantu kita untuk bisa menangkap adanya perubahan yang terjadi selama pembicaraan dengan rekan sejawat.
  4. Mampu melihat peluang baru dan masa depan. Coaching mendorong seseorang untuk fokus pada masa depan dan fokus pada solusi bukan masalah.
Ada beberapa poin yang menjadi prinsip coaching, yaitu :
  1. Kemitraan. Posisi coach terhadap cochee nya adalah mitra. Kemitraan ini terwujud dengan cara kita membangun kesetaraan dengan orang yang akan kita kembangkan, tidak ada yang lebih tinggi atau lebih rendah diantara keduannya.
  2. Proses kreatif. Proses kreatif dilakukan melalui percakapan dua arah, memicu proses berpikir coachee serta memetakan dan menggali situasi coachee untuk menghasilkan ide-ide baru.
  3. Memaksimalkan potensi. Untuk memaksimalkan potensi dan memberdayakan rekan sejawat percakapan perlu diakhiri dengan suatu rencana tindak lanjut yang diputuskan oleh rekan yang dikembangkan.
Kompetensi inti coaching yang harus dimiliki oleh coach adalah
  1. Kehadiran penuh (presence). Dengan kehadiran penuh maka bada, pikiran, hati selaras saat sedang melakukan percakapan coaching. Kehadiran penuh merupakan bagian dari kesadaran diri yang akan membantu munculnya paradigma berpikir dan kompetensi lain saat kita melakukan percakapan coaching.
  2. Mendengarkan aktif dan mengajukan pertanyaan. Pertanyaan yang diajukan seorang coach diharapkan menggugah orang untuk berpikir dan dapat menstimulasi pemikiran coachee, memunculkan hal-hal yang mungkin belum terpikirkan sebelumnya dan yang dapat mendorong coachee untuk membuat sebuah aksi bagi pengembangan diri dan kompetensi. Agar dapat megajukan pertanyaan yang berbobot tentu coach dapat mendengarkan secara aktif. Salah satu caranya mendengarkan dengan RASA. Receive yaitu dengan memperhatikan pembicara, terima semua ucapannya dan dengarkan kata kunci. Ask yaitu mengajukan pertanyaan untuk memperdalam. Summarize yaitu rangkum yang anda tangkap dengan menggunakan kata jadi.... dan selanjutnya Appreciate dengan memberi sinyal bahwa anda mendengarkan seperti memberikan kata "hmm, ok, ya", mengangguk dan melakukan kontak mata.
Dalam melakukan percakapan coaching, coach dapat menggunakan alur TIRTA.
  1. TIRTA (Tujuan). Tujuan merupakan tahap awal dimana coach dan coachee menyepakati tujuan pembicaraan yang akan berlangsung. Idealnya tujuan ini berasal dari coachee.
  2. TIRTA (Identifikasi). Coach melakukan penggalian dan pemetaan situasi yang sedang dibicarakan dan menghubungkan dengan fakta-fakta yang ada pada saat sesi.
  3. TIRTA (Rencana aksi). Pengembangan ide atau alternatif solusi untuk rencana yang akan dibuat.
  4. TIRTA (Tanggungjawab). Membuat komitmen atas hasil yang dicapai dan langkah selanjutnya.
Konsep coaching ini dapat digunakan untuk melakukan supervisi akademik yang memiliki tiga tahapan yaitu:
  1. Pra observasi (perencanaan).
  2. Observasi (pelaksanaan)
  3. Pasca observasi (tindak lanjut)

Emosi-emosi yang dirasakan terkait pengalaman belajar

Banyak emosi yang dirasakan selama mempelajari modul 2.3 ini. Di awal saya merasakan cemas karena ketika membaca judul modul tentang coacing sudah terbayang tugasnya akan seperti apa dan merasa ragu apakah mampu menyelesaikan modul ini. Setelah mempelajari modul saya merasa tertarik karena saya mendapatkan informasi bagaimana seharusnya melakukan coaching yang baik walaupun masih belum maksimal karena belum pernah mempraktikkannya. Namun setelah melakukan kegiatan ruang kolaborasi dan demonstrasi kontekstual, saya mulai memahami secara maksimal bagaimana pelaksanaan coaching dan supervisi yang ideal tersebut. Selama kegiatan ini saya merasa senang karena mendapatkan kesempatan untuk berlatih bersama rekan CGP yang lain.


Apa yang sudah baik berkaitan dengan keterlibatan diri dalam proses belajar

Saya sudah melakukan kolaborasi dengan rekan CGP yang lain dalam menerapkan alur TIRTA ketika melakukan latihan coaching selama melakukan aktivitas ruang kolaborasi. Di sini saya telah berlatih untuk berperan sebagai coach dan coachee. Selain itu saya juga telah berlatih berperan sebagai observer pada pelaksanaan coaching yang dilakukan dua rekan CGP yang lain. 
Dari kedua kegiatan tersebut saya mendapatkan pengalaman awal untuk menjadi seorang coach dan supervisor.


Apa yang perlu diperbaiki terkait dengan keterlibatan diri dalam proses belajar

Yang perlu diperbaiki dalam keterlibatan selama proses pembelajaran adalah lebih memfokuskan diri dan memaksimalkan dalam memahami materi dan seluruh proses kegiatan belajar dalam modul ini. 
Untuk materi atau kompetensi terkait isi modul 2.3 ini yang perlu saya tingkatkan adalah kemampuan saya dalam memberikan pertanyaan berbobot untuk mengeluarkan potensi yang ada pada rekan saya atau cochee dalam mencari solusi terhadap tantangan yang dihadapinya.


Keterkaitan terhadap kompetensi dan kematangan diri pribadi

Setelah mempelajari modul 2.3 tentang coaching untuk supervisi akademik ini saya merasa kompetensi saya terkait dengan coaching bertambah. Hal ini saya rasakan ketika melakukan praktik coaching bersama rekan CGP yang dilanjutkan dengan melakukan supervisi pada kegiatan coaching yang dilakukan dua rekan CGP yang lain. Dari kegiatan supervisi tersebut saya dapat melihat langkah-langkah coaching yang diterapkan oleh rekan CGP.
Selama melakukan proses praktik kegiatan coaching dimana saya berperan sebagai coachee saya merasa bahwa coaching membuat saya dapat menemukan solusi yang sesuai dengan kemampuan saya, hal ini tentu berbeda jika solusi diberikan oleh orang lain yang belum tentu akan cocok atau mampu kita lakukan. Namun, perlu usaha keras bagi saya untuk menjadi coachee karena dengan karakter saya miliki dimana saya cukup sulit untuk menyampaikan tantangan-tantangan yang saya hadapi kepada orang lain. Saya biasanya berusaha untuk menemukan sendiri solusi dari tantagan yang saya hadapi tersebut.
Ketika saya berperan sebagai coach saya belajar untuk sabar dan kreatif mengajukan pertanyaan dalam menghantarkan coachee menemukan solusi sendiri dari tantangannya.



Memunculkan pertanyaan kritis yang berhubungan dengan konsep materi dan menggalinya lebih jauh

Bagaimana cara memaksimalkan pelaksanaan coaching untuk supervisi akademik?

Dalam memaksimalkan pelaksanaan coaching untuk supervisi akademik agar tujuan yang diharapkan dari supervisi akademik tersebut dapat tercapai maka diawali dengan memahami konsep coaching untuk supervisi akademik. Supervisi akademik merupakan suatu upaya untuk meningkatkan kinerja dalam konteks pembelajaran. Dengan coaching maka peningkatan kinerja tersebut dapat di gali dari diri guru (coachee) itu sendiri sehingga dapat memunculkan potensinya dalam meningkatkan kualitas pembelajaran. Untuk itu antara coach dan coachee perlu memiliki pemahaman yang sama tentang tujuan yang ingin dicapai dalam poses coaching. Coaching untuk supervisi bukan bertujuan untuk menilai bagaimana kinerja seorang guru tetapi dilakukan untuk meningkatkan kompetensi guru tersebut.

Selanjutnya dalam pelaksanaan coaching perlu membangun relasi yang kuat. Perlu adanya rasa percaya dan saling menghormati serta komunikasi yang terbuka dan jujur. Hal ini sesuai dengan prinsip dari coaching yang  kemitraan.

Pemilihan metode coaching yang tepat juga menjadi hal penting agar hasil yang didapatkan akan maksimal. Salah satu yang dapat digunakan adalah alur TIRTA dengan menerapkan konsep RASA selama melakukan prosesnya.

Melibatkan pihak-pihak terkait seperti kepala sekolah, pengawas dan rekan guru agar proses pelaksanaan coaching untuk supervisi akademik ini dapat berjalan lebih maksimal.

Agar coaching untuk supervisi akademik ini dapat terlihat manfaatnya maka perlu melakukan evaluasi secara berkala untuk melihat sejauh mana kemajuan yang didapat dan poin apa yang perlu ditingkatkan.


Mengolah materi yang dipelajari dengan pemikiran pribadi sehingga tergali wawasan (insight) baru.

Coaching untuk supervisi akademik berpengaruh pada terwujudnya pemimpin pembelajaran yang berpihak pada murid. Dengan adanya dukungan dan bimbingan yang berkelanjutan dalam bentuk coaching untuk supervisi akademik maka guru dapat meningkatkan kualitas pembelajaran di kelas. 


Menganalisis tantangan yang sesuai dengan konteks asal CGP (baik tingkat sekolah maupun daerah)

Tantangan yang mungkin akan dihadapi adalah mengubah pandangan supervisi yang sebelumnya dianggap sebagai bentuk untuk menilai kinerja guru menjadi langkah awal untuk meningkatkan kompetensi guru. Dengan mengubah pandangan atau pemahaman ini diharapkan nantinya guru-guru tidak akan merasa terbebani setiap pelaksanaan supervisi dilakukan.


Memunculkan alternatif solusi terhadap tantangan yang diidentfikasi

Alternatif solusi yang dapat dilakukan adalah 

  1. dengan melakukan sosialisasi tentang pemahaman supervisi akademik kepada seluruh guru. 
  2. melakukan supervisi akademik pada dua atau tiga orang guru sesuai dengan konsep pelaksanaan yang idealnya dan berbagi praktik baik tersebut kepada rekan guru dalam kegiatan sosialisasi



Pengalaman masa lalu

Saya pernah merasakan di supervisi oleh kepala sekolah, oleh pengawas ataupun oleh rekan guru. Dari semua supervisi yang saya lakkan tersebut, saya tidak pernah mendapatkan tahapan pra observasi. Pelaksanaan supervisi langsung pada tahap observasi dan pasca observasi. Pernah sekali pada saat observasi, supervisor ikut menjelaskan materi atau beliau bertindak sebagai guru. Pada kegiatan pasca observasi, Alhamdulillah yang saya dapatkan adalah masukan yang langsung saya tindak lanjuti sehingga hal tersebut menjadi pengembangan diri bagi saya pribadi.


Penerapan di masa mendatang

Supervisi akademik bertujuan untuk meningkatkan kompetensi guru dalam mewujudkan kualitas pembelajaran yang lebih baik. Untuk itu supervisi akademik ini diharapkan dapat dilakukan dengan maksimal dan guru-guru dapat menjadikan ini sebagai langkah mereka untuk mengembangkan kompetensi mereka bukan malah cemas untuk dinilai. Dan saya berharap saya dapat menjadi bagian dari kegiatan ini baik sebagai supervisee dan sebagai supervisor.


Konsep atau praktik baik yang dilakukan dari modul lain yang telah dipelajari

Pada modul 2.1 membahas tentang pembelajaran berdiferensiasi, dimana perlakuan terhadap murid didasari dengan kebutuhan belajar murid tersebut. Hal ini sejalan dengan konsep coaching dimana seorang coach harus meghantar coachee dalam menemukan solusi dari tantangan yang dihadapinya dengan memaksimalkan potensi coachetersebut.

Sedangkan pada modul 2.2 yang membahas tentang pembelajaran sosial dan emosional, dengan salah satu topiknya adalah bagaimana menerapkan mindfullness. Hal ini diperlukan dalam salah satu kompetensi inti seorang coach yaitu kehadiran penuh (presence).


Informasi yang didapat dari orang atau sumber lain diluar bahan ajar PGP

Informasi atau sumber lain yang saya dapatkan untuk pemahaman saya tentang modul 2.3 ini atau bagaimana palaksanaan coaching adalah melalui pengamatan saya terhadap proses coaching yang dilakukan oleh rekan CGP angkatan saya dan juga dari rekan CGP angkatan sebelumnya.


Demikianlah koneksi antar materi modul 2.3 (coaching untuk supervisi akademik) yang saya buat.


Salam dan Bahagia

No comments:

Post a Comment