Saya mau cerita tentang sedikit pengalaman saya. Dulu, untuk dapat mengikuti pelatihan itu sangat sulit. Saya pribadi mengikuti pelatihan pertama kali karena ditunjuk oleh kepala sekolah (Buk Dra. Marlinda, terima kasih ibuk). Mengikuti pelatihan itu sesuatu sekali. Banyak ilmu, pengalaman dan teman baru yang didapat. Dan itu bikin nagih. Tetapi sayang, kesempatan untuk bisa ikut lagi masih terbatas.
Pada tahun 2015, diadakanlah Uji Kompetensi Guru (UKG) untuk semua guru. Nilai UKG yang diperoleh menjadi pertimbangan untuk memberikan pelatihan. Dan Alhamdulillah, di tahun 2016 saya diberi kesempatan untuk mengikuti pelatihan Instruktur Nasional. Tidak tanggung-tanggung, pelatihannya diadakan di Medan. Ini adalah pelatihan saya yang pertama tanpa sekolah perlu mengeluarkan biaya. Bahagia dan cemas. Bahagia karena akhirnya bisa naik pesawat. Cemas karena belum pengalaman naik pesawat. Lebay ngga sih?
Di tahun 2017 diberi kesempatan lagi pelatihan Guru Inti di Padang. Tanpa pulang ke rumah, langsung terbang ke Medan untuk Penyegaran Instruktur Nasional (wiiih, sombong hehe). Ini memang tahun yang rada sok-sok-an gitu. Dipertengahan tahun 2018, ikut PembaTik level 3 di Padang. Dan diakhir tahun 2018, mengikuti acara dari Puspendik di Jakarta. Tahun 2019, ikut PembaTik level 3 lagi di Padang. Tahun 2020 ini ? Sepertinya akan zonk, mengingat masih mewabahnya covid-19. Semoga kondisi cepat membaik dan semua kegiatan dapat berjalan sebagaimana seharusnya.
Semua pelatihan di atas merupakan pelatihan yang dilakukan secara tatap muka. Untuk pelatihan online, pertama kali saya ikuti pada awal tahun 2016. Kegiatan di Medan di tahun 2015 memberikan saya tidak hanya ilmu dan teman, tetapi juga mendapatkan informasi tentang grup guru yang anggotanya adalah guru-guru se-Indonesia. Grup tersebut ada di aplikasi telegram. Berawal dengan satu grup, akhirnya sekarang grup saya di telegram sudah melebihi 30 grup. Banyak grup-grup tersebut mengadakan pelatihan online untuk anggotanya dan semua gratis. Materi pelatihan yang dierikan adalah materi yang hangat diperbincangkan atau hal-hal yang sedang dibutuhkan.
Kita dapat memilih pelatihan apa yang mau kita ikuti. Tentunya disesuaikan dengan kebutuhan dan waktu kita. Dan mengikuti pelatihan online memang tidak gampang, tetapi tidak juga sulit. Tergantung pada tekad kita. Untuk menyelesaikan pelatihan online, kita akan dibawa kembali ke masa kita menjadi seorang siswa. Di sini kita harus mempelajari modul, dan menyelesaikan tugas-tugasnya dengan bantuan mentor. Jika tagihan tugas terpenuhi, maka kita sudah dianggap menyelesaikan pelatihan. Pengalaman dan ilmu yang didapat selama pelatihan memberikan rasa candu. Akhirnya, saya terus mencoba mengikuti pelatihan-pelatihan lain. Tentunya dengan mempertimbangkan waktu dan kebutuhan.
Tiga tahun belajar bersama dengan guru-guru se-Indonesia itu merupakan pengalaman yang luar biasa. Dari sana saya bisa lihat bahwa kemampuan yang saya miliki itu masih sangat kurang. Diluar sana sangat banyak guru-guru yang memiliki kompetensi dan semangat dalam belajar. Usiapun tak menjadi halangan untuk mereka. Salam salut untuk guru-guru Indonesia (Untuk kamu yang menganggap guru itu santai dan kerjanya tidur saja, ayo gabung digrup telegram guru-guru ini, lihat bagaimana semangat mereka untuk terus belajar).
Jika itu cerita tentang saya menjadi peserta, nah sekarang cerita mengapa saya bisa masuk ke mentor. Tetapi sebelum itu, kita bahas tentang mentor dulu ya. Hmm, apa sih mentor ? kata Mbah Google sih. mentor adalah orang yang memiliki kebijaksanaan dan ini merupakan kombinasi dari pengetahuan dan pengalaman yang dimiliki. Mereka yang menjadi mentor adalah seseorang yang berada di suatu bidang dan berhasil pada apa yang telah mereka lakukan. Membaca kata-kata yang sengaja saya cetak tebal itu buat bergidik ngga sih. Kenapa bergidik ? Ya, karena saya sok-sok berani ambil peran sebagai mentor...hiks.
Dimulai tahun 2019, niat saya mencoba menjadi mentor adalah untuk mengulang materi ketika saya menjadi peserta dan itu sudah cukup lama (karena banyak yang lupa). Setelah sepakat dengan teman yang juga berminat jadi mentor, akhirnya saya belajar menjadi mentor. Sebenarnya percaya diri masih sangat kurang tetapi untungnya ditiap kelas masih ada mentor lain yang lebih senior, Alhamdulillah. Menjadi mentor, membuat kita belajar lagi, mengingat lagi dan berbagi lagi. Tahun ini mencoba 2 kali menjadi mentor atau istilahnya mentor tamu. Karena hanya mampu bantu-bantu sedikit atau hanya lihat bagaimana cara mentor-mentor senior bekerja. Wah, mereka hebat-hebat. Salut untuk mereka.
Ditahun 2020 ini, saya memberanikan diri untuk mencoba lagi. Dengan niat masih sama, untuk mengulang lagi materi yang lama. Dan niatnya hanya satu kali saja. Tetapi, seminggu yang lalu saya menerima telpon dari seorang master (Bunda Saryanti). Beliau nembak langsung tanpa bisa menolak agar saya bisa bantu menjadi mentor. Salah satu pelatihan yang dipegang Bu Saryanti jumlah pesertanya membludak dan kekurangan mentor. Hasilnya saya oke kan dan jadilah ini pengalaman lagi untuk menjadi mentor, dengan pertimbangan ada mentor senior lagi yang mendampingi (hehehe). Saya menyadari sangat banyak kekurangan di sana-sini, apalagi jika membaca defenisi mentor di atas, dapat disimpulkan bahwa saya belum bisa disebut sebagai mentor.
Jika melihat perjalanan saya selama ini, saya kembali teringat ucapan seorang narasumber kepada saya. Dan itu membuat saya akan mengatakan "wow". Padahal beliau menyebutkan itu sekitar 10 tahun yang lalu dan saya menganggap itu hanya ucapan penyemangat saja. Benar-benar narasumber/guru yang sangat luar biasa.
Cukup dulu cerita kali ini. Lain waktu jika ada waktu, ada kesempatan, ada maunya, saya akan cerita lagi di blog ini.
Salam Literasi dan Salam Berbagi.
No comments:
Post a Comment